Promosi Kesehatan Dian Husada
Video NiesHa
Arsip Blog
Kamis, 05 Juli 2012
Rabu, 30 Mei 2012
Health public policy
Commentaire d'Understanding public policy
- NEW - A much more extensive review of 'The Policymaking Process' - Now introduced earlier in the text.
Helps students better understand the complex dynamics of the policy-making process. - NEW
- New policy discussions - E.g., 'Is Welfare Reform Working?', 'Does
Crime Pay?', 'The Fed at Work', 'Replacing the Income Tax', 'Public
Policy and Hispanic Americans', 'Public Policy and Gender Equality',
'Public Policy and the Disabled', 'Federalism Revived?', 'Terrorism and
Unanticipated Threats to America.
Provides students with coverage of latest policy topics. - NEW
- Updates of controversial discussions - E.g., 'Crime and Guns', 'The
Drug War', 'RICO Versus Liberty', 'Social Security Reform', 'Health Care
Access and Costs', 'Educational Reform and Parental Choice', 'Tax
Policy and the Special Interests', 'Elite Gains from Trade', Mass Losses
from Trade," 'Environmentalism Versus Rational Public Choice', 'Public
Policy and Affirmative Action', 'How Money and Power flow to
Washington', 'The Gulf War as a Case Study'.
Keeps students current by dealing with the cutting-edge of issues that affect them personally. - Eight
analytic models in political science - Rationalism, incrementalism,
elitism, interest group conflict, institutionalism, game theory, public
choice, and the familiar policy process model.
Helps students understand each model and its potential contribution to the study of public policy. - Current
policy issues in ten substantive areas - Using the various analytic
models, describes and explains public policy in such areas as criminal
justice, health and welfare, education, economic policy, taxation,
international trade and immigration, environmental protection, civil
rights, federalism, and national defense.
Exposes students to public policy in a variety of key domestic policy areas and encourages them to utilize these conceptual models in political science to explain the causes and consequences of public policies in these areas. - A
series of propositions - Each chapter concludes with a series of
propositions, derived from one or more analytic models, which attempt to
summarize the policies discussed.
Suggests the kinds of policy explanations that can be derived from analytic models and ties the policy material back to one or another of the models.
Résumé d'Understanding public policy
This leading undergraduate introduction to public policy is designed to provide students with concrete tools for not only understanding public policy in general, but for analyzing specific public policies. It focuses on what policies governments pursue, why governments pursue the policies they do, and what the consequences of these policies are. Very contemporary in perspective, it introduces eight analytical models currently used by political scientists to describe and explain political life and then, using these various analytical models singly and in combination explores specific public policies in a variety of key domestic policy areas.
Sommaire d'Understanding public policy
- 1. Policy Analysis What Governments Do, Why They Do It, and What Difference it Makes.
2. Models of Politics Some Help in Thinking about Public Policy.
3. The Policymaking Process Decision-Making Activities.
4. Criminal Justice Rationality and Irrationality in Public Policy.
5. Health and Welfare The Search for Rational Strategies.
6. Education The Group Struggle.
7. Economic Policy Incrementalism at Work.
8. Tax Policy Battling the Special Interests.
9. International Trade and Immigration Elite-Mass Conflict.
10. Environmental Policy Externalities and Interests.
11. Civil Rights Elite and Mass Interaction.
12. American Federalism Institutional Arrangements and Public Policy.
13. Defense Policy Strategies for Serious Games.
14. Policy Evaluation Finding Out What Happens After a Law Is Passed.
Index.
Strategi berdasarkan Otawa Charter
Konferensi Internasional Promosi
Kesehatan di Ottawa-Canada (1986) menghasilkan piagam Ottawa Charter
yang rumusan strateginya dikelompokkan menjadi 5 butir,yaitu:
a) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Adalah ͢kegiatan yang ditujukan
kepada para pembuat keputusan/ penentu kebijakan yang berwawasan
kesehatan. Setiap kebijakan pembangunan di bidang apa saja harus
mempertimbngkan dampak kesehatannya bagi masyarakat. Misalnya, orang
yang mendirikan pabrik/ industri, sebelumnya harus dilakukan analisis
dampak lingkungan agar tidak tercemar dan tidak berdampak kepada
masyarakat.
b) Lingkungan Yang Mendukung (Supportive environtment)
Adalah kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung yang ditujukan pada:
-pemimpin organisasi masyarakat
-pengelola tempat –tempat umum
Diharapkan
memperhatikan dampak terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan non fisik mendukung atau kondusif terhadap kesehatan
masyarakat.
c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Melibatkan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya
sendiri. Bentuk pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang peduli terhadap
kesehatan baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis
(pelatihan-pelatihan) sampai upaya swadaya masyarakat sendiri.
d) Keterampilan Individu (Personal Skill)
Kesehatan masyarakat adalah
kesehatan agregat yang terdiri dari kelompok, keluarga dan individu-
individu. Meningkatnya keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri ( personal skill)
sangat penting.
Masing-masing individu seyogyanya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap :
-cara – cara memelihara kesehatannya
-mengenal penyakit2 dan penyebabnya
-mampu mencegah penyakit
-mampu meningkatkan kesehatannya
-mampu mencari pengobatan yang layak bilamana sakit
e) Gerakan Masyarakat(Community Action)
Derajat kesehatan masyarakat
akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di masyarakat tersebut
bergerak bersama-sama. Dari kutipan piagam Ottawa, dinyatakan bahwa:
Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat
sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan sendiri.
UPAYA PEMASARAN PRODUK DAN JASA
Dalam
strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa, ada berbagai
macam upaya pemasaran produk dan jasa yang telah dilakukan, melalui:
-media elektronik : TV,radio,internet, telepon seluler, film layar lebar
-media
massa : surat kabar, majalah, billboard, spanduk, umbul-umbul, poster,
leaflet, brosur bahkan tulisan ilmiah/ tulisan populer
-tatap muka langsung door to door
Upaya pemasaran produk dan jasa
tersebut dirasakan kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya
perubahan prilaku hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkan upaya
pendidikan kesehatan yang dipadukan upaya pembangunan kesehatan dan
pengorganisasian kesehatan
Perkembangan pendidikan kesehatan
1975-an : disebut Penyuluhan kesehatan
1995 - sekarang : disebut Promosi kesehatan
Revisi
Istilah Promosi Kesehatan di Bangkok bermakna : KIE(
Komunikasi,Informasi dan Edukasi), pemasaran sosial, Mobilisasi sosial,
Pemberdayaan masyarakat, dll.
Advokasi
Advokasi
“Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk
menciptakan kebijakan public yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah
munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.” (Socorro Reyes,
Local Legislative Advocacy Manual, Philippines: The Center for Legislative
Development, 1997).
“Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk
menarik perhatian masyarakat pada suatu isu, dan mengontrol para pengambil
kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga berisi aktifitas-aktifitas
legal dan politis yang dapat
mempengaruhi bentuk dan praktik penerapan hukum. Inisiatif
untuk melakukan
advokasi perlu diorganisir, digagas secara strategis, didukung
informasi,
komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi (Margaret Schuler,
Human Rights Manual)
“Advokasi adalah aksi kolektif yang terencana untuk mengubah
iklim politik yang
melibatkan semua pengemban kepentingan (stakeholder), yang
diarahkan untuk
mengatasi isu-isu dan problem-problem spesifik melalui
kebijakan publik.” (Laporan
Akhir tentang Central Asian NGOs Advocacy Training and Study
Tour, March 1-12,1999,
The Philippines,
The Center for Legislative Development)
“Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk
mempengaruhi
pengambilan keputusan publik baik di tingkat lokal, nasional
dan internasional;
dalam advokasi itu secara khusus harus memutuskan: siapa yang
memiliki
kekuasaan dalam membuat keputusan; bagaimana cara mengambil
keputusan itu;
dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan keputusan.” (Lisa
VeneKlassen
and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy and Citizen
Participation, Washington
D.C.: The Asia Foundation,
2002).
Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh
perorangan atau kelompok
masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda
kebijakan, dan
mengontrol para pengambil keputusan untuk mengupayakan solusi
bagi masalah
tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan
penerapan
kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah tersebut.
(Manual Advokasi
Kebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003)
Memetakan Masyarakat Sipil
Sebuah masyarakat sipil yang kuat merupakan fondasi bagi sebuah
demokrasi yang
kuat dan bersemangat. Salah satu ciri masyarakat sipil ialah
tingginya tingkat
partisipasi dari berbagai kelompok atau perorangan yang
berkomunikasi secara
terbuka dan ekstensif untuk mengatasi berbagai masalah. Oleh
karenanya, advokasi
cenderung menghasilkan apa yang diinginkan dan berdampak nyata
dalam suatu
masyarakat sipil yang kuat. Berbagai peluang dapat
dimaksimalkan, sementara
kendala-kendala yang ada di dalam lingkungan advokasi dapat
diatasi melalui
kerjasama dan saling bertukar sumber daya antar pelaku atau
organisasi-organisasi
masyarakat sipil, yang bekerjasama untuk mewujudkan kepentingan
bersama.
Pelaku masyarakat sipil adalah kelompok-kelompok dan
individu-individu yang
bekerjasama untuk mengatasi berbagai masalah di dalam
masyarakat. Memahami
siapa melakukan apa dan di mana pada masyarakat sipil sangat
penting artinya
dalam menentukan suatu strategi yang tepat dalam memperjuangkan
perubahan
politik dan sosial. Pada umumnya, kelompok-kelompok masyarakat
sipil berbeda
satu dengan lainnya dalam sifat organisasi, tingkat organisasi,
asal usul, perspektif
dan ideologi.*
• Sifat Alamiah Organisasi
Sifat organisasi masyarakat sipil bisa dilihat dari fungsi atau
peranannya; sebagai
contoh, banyak organisasi masyarakat sipil yang berorientasi
pada pelayanan
masyarakat (misalnya, bantuan hukum, pelayanan medis,
kesehatan, riset dan
pelatihan, atau advokasi). Sifat organisasi mereka juga bisa
dilihat dari segi
komposisi organisasinya, misalnya organisasi masyarakat sipil
yang bersifat
kedaerahan, kesukuan, sektoral, atau berdasarkan kelompok
jender. Disamping
itu, organisasi masyarakat sipil bisa pula bersifat politis
atau organik, misalnya
organisasi massa,
paguyuban kemasyarakatan, organisasi non pemerintah, atau
partai politik).
• Tingkat Organisasi
Keanggotaan dalam suatu organisasi masyarakat sipil bisa secara
perorangan
atau kelompok, dan lingkup serta skala operasi atau
keanggotaanya bisa
berdasarkan wilayah teritorial terkecil (misalnya dalam tingkat
rukun kampung,
dan lain-lain), atau sub-nasional, nasional, bahkan
internasional.
* Miriam Ferrer, (ed.) “Civil Society Making Civil Society” dalam
Civil Society Making Civil Society, Quezon City:
The Third World
Studies Center,
1997.
Modul 2
50 Manual Advokasi
Kebijakan Strategis
• Asal-usul Organisasi
Suatu organisasi bisa didirikan oleh kelompok kepentingan,
pemerintah,
lembaga-lembaga tertentu (misalnya asosiasi dagang, gereja,
atau masyarakat
akademi), atau oleh perorangan.
• Pandangan/ideologi
Prinsip-prinsip dan tata kerja organisasi
masyarakat sipil mungkin juga ditandai
oleh latar belakang ideologi, falsafah, agama atau bahkan
budaya.
Para pelaku advokasi perlu mengenali peranan-peranan, kepentingan,
sumber daya
dan kapasitas dari berbagai organisasi masyarakat sipil di
sekitarnya untuk
mengetahui mana yang dapat dijadikan sekutu, atau berpotensi
menjadi lawan.
Berikut ini ada bagan tabel sederhana yang dapat digunakan
untuk mengetahui peta masyarakat sipil.
pemberdayaan
Pemberdayaan
Pemerintah, sebagai ‘agen perubahan’ dapat menerapkan kebijakan pemberdayaan masyarakat miskin dengan tiga arah tujuan, yaitu enabling, empowering, dan protecting. Enabling maksudnya menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Sedangkan empowering, bertujuan untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, yakni dengan menampung berbagai masukan dan menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan. Protecting, artinya melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.Untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur yang penting. Dengan sudut pandang demikian, maka pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi. Friedmann (1994:76) mengemukakan:
The empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, place the emphasize on autonomy in the decision making of territorially organized communities, local self-relience (but not autrachy), direct (participatory) democracy and experiential social learning.Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung (melalui partisipasi) demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.
Friedmann dalam hal ini menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas ekonomi saja tetapi juga secara politis sehingga pada akhirnya masyarakat akan memiliki posisi tawar-menawar (bargaining position) baik secara nasional maupun internasional. Sebagai titik fokus dari pemberdayaan ini adalah aspek lokalitas, sebab civil society akan merasa lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal. Friedmann mengingatkan bahwa adalah sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan struktur-struktur di luar civil society diabaikan. Sedangkan proses pemberdayaan bisa dilakukan melalui individu maupun kelompok, namun pemberdayaan melalui kelompok mempunyai keunggulan yang lebih baik, karena mereka dapat saling memberikan masukan satu sama lainnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Konsep pemberdayaan masyarakat ini lebih luas hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net). Belakangan ini konsep tersebut dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang oleh Friedmann disebut sebagai alternative development, yang menghendaki inclusive democracy, economic growth, gender equality and intergenerational equity (Kartasamita, 1996).
dukungan sosial
dukungan sosial
Pengertian dukungan sosial
Pierce
(dalam Kail and Cavanaug, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh
orang- orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan
krisis yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan. Diamtteo (1991)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang
berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang-
orang lainnya.
Gottlieb
(dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi
atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihah penerima. Sarafino (2006) menyatakan bahwa
dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain,
merawatnya atau menghargainya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh
Saroson (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah
adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan
bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari
orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial
dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi
yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu
merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.
Rook
(1985, dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah
satu fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas
umum dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari
konsekuensi stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten.
Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai,
dihargai dan menjadi bagian dari kelompok. Senada dengan pendapat
diatas, beberapa ahli Cobb, 1976; Gentry and Kobasa, 1984; Wallston,
Alagna and Devellis, 1983; Wills, 1984 : dalam Sarafino, 1998)
menyatakan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial akan meyakini
individu dicintai, dirawat, dihargai, berharga dan merupakan bagian dari
lingkungan sosialnya. Menurut Schwarzer and Leppin, 1990 dalam Smet,
1994; dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan
yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu
(perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada
persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan
atau bantuan yangh berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial
akrab dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan ini dapat
berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang dapat
menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan
dan bernilai.
1.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial
Menurut stanley (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisik
Kebutuhan
fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik
meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi
kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan
sosial.
2. Kebutuhan sosial
Dengan
aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat
daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang
yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin
mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan
sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.
3. Kebutuhan psikis
Dalam
kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin
tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa
bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi
masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung
mencari dukungan sosial dari orang- orang sekitar sehingga dirinya
merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.
1.1.3 Klasifikasi dukungan sosial
Menurut Cohen & Syme (1985), mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 4 kategori yaitu :
1. Dukungan
informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu.
Dukungan ini, meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau
penjelasan bagaimana seseorang bersikap.
2. Dukungan
emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan,
bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang
dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan
emosional akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman,
terjamin, dan disayangi.
3. Dukungan
instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat
fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan,
meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
4. Dukungan
appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang
positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik
atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang
sedang dalam keadaan stres.
Menurut Sheridan & Radmacher (1992)
Pendapat
Sheridan & Radmacher (1992) menyatakan bahwa dukungan sosial
merupakan transaksi interpersonal yang melibatkan aspek- aspek
informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental. Ciri-
ciri setiap aspek tersebut oleh Smet (1994) dan Taylor (1995),
dijelaskan sebagai berikut ;
1. Informasi
dapat berupa saran- saran, nasihat dan petunjuk yang dapat dipergunakan
oleh korban dalam mencari jalan keluar untuk pemecahan masalahnya.
2. Perhatian emosi berupa kehangatan, kepedulian dan dapat empati yang meyakinkan korban, bahwa dirinya diperhatiakan orang lain.
3. Penilaian berupa penghargaan positif, dorongan untuk maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu lain.
4. Bantuan
instrumental berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang
dibutuhkan oleh korban dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan,
pemulihan maupun biaya hidup sehari- hari selama korban belum dapat
menolong dirinya sendiri.
Menurut Wangmuba (2009)
Dukungan
sosial mencakup dukungan informasi berupa saran nasehat, dukungan
perhatian atau emosi berupa kehangatan, kepedulian dan empati, dukungan
instrumental berupa bantuan meteri atau finansial dan penilaian berupa
penghargaan positif terhadap gagasan atau perasaan orang lain.
Menurut House dalam Depkes (2002)
Menurut House dalam Depkes (2002) yang dikutip oleh Ninuk (2007;29), dukungan sosial diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu ;
1. Dukungan emosional
Dukungan ungkapan empati, kepedulian, dan perhatikan terhadap orang bersangkutan.
2. Dukungan penghargaan
Terjadi
lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain itu,
dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan perasaan individu dan
perbandingan positif orang dengan orang lain misalnyaorang itu kurang
mampu atau lebih buruk keadaannya atau menambah harga diri.
3. Dukungan instrumental
Mencakup
bantuan langsung misalnya dengan memberi pinjaman uang kepada orang
yang membutuhkan atau menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang
tidak punya pekerjaan.
4. Dukungan informatif
Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan, informasi serta petunjuk.
Menurut Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999); membagi dukungan sosial kedalam 5 bentuk, yaitu
1. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support)
Bentuk
dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan
serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan karena
individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan
materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan dalam mengatasi masalah
yang dianggap dapat dikontrol.
2. Dukungan informasional (informational support)
Bentuk
dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk,
saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis
informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan
mengatasi masalah dengan lebih mudah.
3. Dukungan emosional (emotional support)
Bentuk
dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang selalu mendampingi,
adanya suasanya kehangatan, dan rasa diperhatikan akan membuat individu
memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber
dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih
baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap
tidak dapat dikontrol.
4. Dukungan pada harga diri (esteem support)
Bentuk
dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian
semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang
positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu
dalam membangun harga diri dan kompetensi.
5. Dukungan dari kelompok sosial (network support)
Bentuk
dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengan
kelompok. Dengan begitu individu akan memiliki perasaan senasib.
1.1.4 Cakupan dukungan sosial
Menurut Saranson (1983) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), dukungan sosial itu selalu mencakup 2 hal yaitu ;
1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia
Merupakan
persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat
individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).
2. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima
Tingkatan
kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan dengan persepsi
individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan
kualitas).
1.1.5 Sumber- sumber dukungan sosial
Menurut
Rook dan Dootey (1985) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), ada 2 sumber
dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural.
1. Dukungan sosial artifisial
Dukungan
sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam
kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam
melalui berbagai sumbangan sosial.
2. Dukungan sosial natural
Dukungan
sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupanya secara spontan dengan orang- orang yang berada di
sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, isteri, suami dan kerabat),
teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non- formal.
Sumber
dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber dukungan
sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut
terletak dalam hal sebagai berikut ;
1. Keberadaan
sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuat- buat
sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
2. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
3. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama.
4. Sumber
dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian
dukungan sosial, mulai dari pemberian barang- barang nyata hingga
sekedar menemui seseorang dengan penyampaian salam.
5. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis .
Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis terbagi atas ;
1. Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga
Mereka
adalah orang- orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber
dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan
dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem
sosial, mempunyai fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan
utama bagi individu, seperti membangkitkanpersaan memiliki antara sesama
anggota keluarga, memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan
memberikanrasa aman bagi anggota- anggotanya.
Menurut Argyle
(dalam Veiel & Baumann,1992), bila individu dihadapkan pada suatu
stresor maka hubungan intim yang muncul karena adanya sistem keluarga
dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif
stresor karena ikatan dalam keluarga dapat menimbulkan efek buffering
(penangkal) terhadap dampak stresor. Munculnya efek ini dimungkinkan
karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu individu ketika
dibutuhkan serta hubungan antar anggota keluarga memunculkan perasaan
dicintai dan mencintai. Intinya adalah bahwa anggota keluarga merupakan
orang- orang yang penting dalam memberikan dukungan instrumental,
emosional dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai peristiwa menekan
dalam kehidupan.
2. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.
Suatu
studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam Veiel &
Baumann,1992) menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau teman
dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama
adalah membantu meterial atau instrumental. Stres yang dialami individu
dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan untuk memecahkan
masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara
mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah
dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi
dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat
meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan
yang tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi
sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif
dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat
menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera
serta memperkuat ikatan sosial.
3. Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap korban kekerasan.
Dukungan
ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional sesuai
dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal
ini berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas
dukungan sosial yaitu pemberi dukungan sosial. Dukungan yang diterima
melalui sumber yang sama akan lebih mempunyai arti dan berkaitan dengan
kesinambungan dukungan yang diberikan, yang akan mempengaruhi keakraban
dan tingkat kepercayaan penerima dukungan.
Proses
yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu dipengaruhi
oleh kemampuan penerima dukungan untuk mempertahankan dukungan yang
diperoleh. Para peneliti menemukan bahwa dukungan sosial ada kaitannya
dengan pengaruh- pengaruh positif bagi seseorang yang mempunyai sumber-
sumber personal yang kuat. Kesehatan fisik individu yang memiliki
hubungan dekat dengan orang lain akan lebih cepat sembuh dibandingkan
dengan individu yang terisolasi.
1.1.6 Komponen- komponen dalam dukungan sosial
Para
ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai
komponen yang berbeda- beda. Misalnya menurut Weiss Cutrona dkk
(994;371) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), mengemukakan adanya 6
komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The social provision
scale” ,dimana masing- masing komponen dapat berdiri sendiri- sendiri,
namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen- komponen
tersebut adalah ;
1. Kerekatan emosional (Emotional Attachment)
Merupakan
perasaan akan kedekatan emosional dan dan rasa aman. Jenis dukungan
sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan emosional
sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Sumber dukungan
sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari
pasangan hidup atau anggota keluarga atau teman dekat atau sanak saudara
yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
2. Integrasi sosial (social integrasion)
Merupakan
perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat seseorang berada dan
tempat saling berbagi minat dan aktivitas. Jenis dukungan sosial semacam
ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki suatu
keluarga yang memungkinkanya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif atau secara bersamaan. Sumber
dukungan semacam ini memungkinkan mendapat rasa aman, nyaman serta
memiliki dan dimilki dalam kelompok.
3. Adanya pengakuan (Reanssurance of Worth)
Meliputi
pengakuan akan kompetensi dan kemampuan seseorang dalam keluarga. Pada
dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapat pengakuan atas
kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain
atau lembaga. Sumber dukungan semacam ini dapat berasal dari keluarga
atau lembaga atau instansi atau perusahaan atau organisasi dimana
seseorang bekerja.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (Reliable alliance)
Meliputi
kepastian atau jaminan bahwa seseorang dapat mengharapkan keluarga
untuk membantu semua keadaan. Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang
akan mendapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang
dapat diandalkan bantuannya ketika sseorang membutuhkan bantuan
tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada umunya berasal dari keluarga.
5. Bimbingan (Guidance)
Dukungan
sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial
yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau
nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mangatasi
permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari
guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang dituakan
dalam keluarga.
6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Suatu
aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan
seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya
untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah
keturunan (anak- anaknya) dan pasangan hidup.
7. Aspek hubungan sosial pada pasien
Seseorang yang hubungannya dekat dengan keluarganya akan mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres dibandingkan seseorang yang hubungannya jauh dengan keluarga (Stanley, 2007).
Heller dkk (1986) mengemukakan ada 2 komponen dukungan sosial, yaitu;
1. Penilaian yang mempertinggi penghargaan
Komponen
penilaian yang mempertinggi penghargaan mengacu pada penilaian
seseorang terhadap pandangan orang lain kepada dirinya. Seseorang
menilai seksama evaluasi seseorang terhadap dirinya dan percaya dirinya
berharga bagi orang lain. Tindakan orang lain yang menyokong harga diri
seseorang, semangat juang dan kehidupan yang baik.
2. Transaksi interpersonal yang berhubungan dengan kecemasan
Komponen transaksi interpersonal yang berhubungan dengan kecemasan
mengacu pada adanya seseorang yang memberikan bantuan ketika ada
masalah. Seseorang memberikan bantuan untuk memecahkan masalah dengan
menyediakan informasi untuk menjelaskan situasi yang berhubungan dengan
kecemasan. Bantuan ini berupa dukungan emosional, kognitif yang
distruktur ulang dan bantuan instrumental.
1.1.7 Bentuk dukungan sosial
Menurut Kaplan and Saddock (1998), adapun bentuk dukungan sosial adalah sebagai berikut ;
1. Tindakan atau perbuatan
Bentuk
nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan oleh orang
disekitar pasien, baik dari keluarga, teman dan masyarakat.
2. Aktivitas religius atau fisik
Semakin
bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh karena
itu aktivitas religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada
Tuhan .
3. Interaksi atau bertukar pendapat
Dukungan
sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara pasien dengan orang-
orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan berinteraksi dapat
memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan oleh orang di
sekitarnya.
1.1.8 Dampak dukungan sosial
Dukungan
sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari
orang- orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya
dukungan sosial maka seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan
dicintai. Dengan pemberian dukungan sosial yang bermakna maka seseorang
akan mengatasi rasa cemasnya terhadap pembedahan yang akan dijalaninya (Suhita, 2005).
Dukungan
sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu
dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan
efek dari keadaan kecemasan. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara
teoritis dukungan sosial dapat menurunkan munculnya kejadian yang dapat
mengakibatkan kecemasan. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi
dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu
pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi
munculnya kecemasan.
Dukungan
sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada
kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri
mempengaruhi strategi untuk mengatasi kecemasan dan dengan begitu
memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan kecemasan dan
efeknya. Pada derajat dimana kejadian yang menimbulkan kecemasan
mengganggu kepercayaan diri dan dukungan sosial dapat memodifikasi efek
itu.
Sheridan
and Radmacher (1992), Rutter, dkk. (1993), Sarafino (1998) serta Taylor
(1999); mengemukakan 2 model untuk menjelaskan bagaimana dukungan
sosial dapat mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan,
yaitu;
1. Model efek langsung
Model
ini melibatkan jaringan sosial yang besar dan memiliki efek positif
pada kesejahteraan. Model ini berfokus pada hubungan dan jaringan sosial
dasar. Model ini juga dideskripsikan sebagai instruktur dari dukungan
sosial yang meliputi faktor status perkawinan, keanggotaan dalam suatu
kelompok, peran sosial dan keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan.
2. Model buffering
Model
ini berfokus pada aspek dari dukungan sosial yang berperilaku sebagai
buffer dalam mempertahankan diri dari efek negatif dari kecemasan. Model
ini mengacu pada sumber daya interpersonal yang akan melindungi
individu dari efek negatif kecemasan dengan memberikan kebutuhan khusus
yang disebabkan oleh kejadian yang mengakibatkan kecemasan. Model ini
bekerja dengan mengerahkan kembali hal- hal yang menimbulkan kecemasan
atau mengatur keadaan emosional yang disebabkan oleh hal- hal tersebut.
Model ini berfokus pada fungsi dukungan sosial yang melibatkan kualitas
hubungan sosial yang ada.
Dukungan
sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi
kejadian dari efek kecemasan. Dalam Sarafino (1998) disebutkan beberapa
contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain ;
1. Dukungan
yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini
dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu
merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional
sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.
2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.
3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4. Terlalu
menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang
diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang
seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi
tergantung pada orang lain.
1.1.9 Dimensi dukungan sosial
Menurut Jacobson (1986), dukungan sosial meliputi 3 hal, diantaranya ;
1. Emotional support, meliputi ; perasaan nyaman, dihargai, dicintai dan diperhatikan.
2. Cognitive support, meliputi ; informasi, pengetahuan dan nasehat.
3. Material support, misalnya ; bantuan atau pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi masalah.
2.2.10 Kategori dukungan sosial
Menurut Nursalam (2003), dukungan sosial keluarga dikategorikan menjadi ;
1. Dukungan sosial kurang dengan skor < 7
2. Dukungan sosial cukup dengan skor 8 - 13
3. Dukungan sosial kurang dengan skor 14 – 20
strategi global
Strategi Global
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain terse but membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan at au penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal inaupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukun~an dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier)
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terliadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sasial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pember¬dayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income gener¬ating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat" untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain terse but membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan at au penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal inaupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukun~an dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier)
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terliadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sasial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pember¬dayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income gener¬ating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat" untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).
Langganan:
Postingan (Atom)